Sabtu, 05 September 2009

HAKEKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

HAKEKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Oleh : Melati Muda Muhammadiyah

A. PENDAHULUAN

Pendidikan, termasuk pendidikan Islam, merupakan kebutuhan esensial bagi manusia. Bahkan karena pentingnya, maka Allah swt menempatkan perintah membaca sebagai instruksi pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.[1] Dari ayat pertama dimaksud dapat dipahami bahwa Islam adalah agama yang sangat peduli terhadap pendidikan. Hal ini sebagai bukti betapa pentingnya posisi ilmu pengetahuan bagi kemaslahatan manusia.

Kebutuhan akan pendidikan terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Ini adalah konsekuensi logis bagi manusia sebagai makhluk yang berakal, yang memiliki kepentingan dan kebutuhan sesuai dengan zamannya. Dengan demikian aktivitas pendidikan telah ada sejak manusia ada. Ini terbukti bahwa transformasi budaya telah berlangsung mulai dari manusia pertama, dan selanjutnya berkembang sampai generasi berikutnya.[2]

Demikian halnya dengan pendidikan Islam juga mengalami perkembangan, dimulai dari fase Rasulullah saw, zaman Khulafu al-Rasyidin, Daulah Umayah, zaman keemasan pendidikan Islam dialami pada priode Daulah Abbasiyah, kemudian statis dan bahkan menurun dan bahkan mengalami kemerosotan sejak Daulah Usmaniyah. Tapi setelah itu bangkit kembali mengalami kemajuan setelah abad kedua sampai sekarang.[3]

Pendidikan dapat memberikan pengaruh langsung kepada manusia. Peradaban yang berkembang dalam satu komunitas sosial sangat ditentuikan oleh berkualitas tidaknya pendidikan masyarakat tersebut. Logisnya bila suatu masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang tinggi; maka dapat dipastikan masyatakat tersebut memiliki peradaban yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Di sini posisi penting pendidikan Islam membentuk watak dan prilaku manusia yang bermartabat.

Dari uraian di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut apa sebenarnya hakekat dan tujuan pendidikan Islam. Selanjutnya makalah ini dimaksudkan sebagai bahan bacaan dan kajian lebih lanjut dalam mengkaji pendidikan Islam.

II. HAKEKAT PENDIDIKAN

Sebelum lebih jauh membahas persoalan hakekat pendidikan, maka dipandang perlu mengemukakan pengertian pendidikan. Oleh beberapa pakar pendidikan telah memberikan pengertian pendidikan: Hasan Langgulung misalnya mengatakan, pendidikan dalam pengertian luas, suatu proses mengubah dan mentransfer nilai-nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam masyarakat.[4] Sementara Soegondo mengatakan, pendidikan adalah upaya sadar dan sengaja dari orang dewasa dengan menggunakan sejumlah cara dan metode menanamkan kesadaran untuk bersikap obyektif dan penuh tanggung jawab atas aktivitasnya.[5]

Sekalipun redaksional berbeda, namun subtansi dari tataran tantang pendidikan mempunyai titik temu. Korelasi dari pendapat tersebut adalah bahwa dalam interaksi pendidikan, terdapat aktivitas transfer ilmu dari satu orang kepada orang lain dengan menggunakan cara yang utuh dan terencana. Sebab bila suatu interaksi pendidikan dilakukan tanpa perencanaan yang maksimal, maka dapat dipastikan bahwa tidak dapat mencapai hasil maksimal. Sehingga dalam dunia pendidikan dikenal adanya perenecanaan yang matang dan sistimatis.

Dalam konferensi dunia tentang pendidikan Islam pertama di Mekah tahun 1977 telah merekomendasikan pendidikan Islam secara makro adalah suatu upaya menyatukan konsep tarbiyah, ta’lim, dan ta’bud. Sekalipun penggunaan-penggunaan ketiga istilah tersebut masih terdapat silang pendapat. Namun penggunaan istilah ta’b³d dalam dunia pendidikan Islam dianggap paling tepat. Ta’bud adalah istilah yang sangat tepat dalam dunia pendidikan, sebab pada dasarnya pendidikan Islam bukan hanya transformasi ilmu pengetahuan dan budaya, tapi lebih dari itu esensi dari pendidikan Islam adalah penanaman nilai-nilai adab dan moral, serta perilaku yang sportif dan bertanggung jawab pada individu Muslim yang pada akhirnya bermuara pada peradaban Islam.

Pada prinsipnya Islam mengakui pada diri manusia terdapat potensi untuk berbuat baik sekaligus berbuat jahat. Sehingga Islam berusaha mengarahkan potensi tersebut dalam koridor agama,[6] usaha ke arah tersebut bukan hanya perpindahan sejumlah teori ilmu pengetahuan, tapi lebih dari itu juga adalah penanaman nilai-nilai moral. Sejalan dengan itu, hakekat pendidikan pada dasarnya adalah mewariskan nilai-nilai Islami yang menjadi penuntun dalam melakoni aktivitasnya yang sekaligus sarana untuk membentuk peradaban manusia.[7]

Sebab pendidikanlah yang dapat merobah peradaban manusia, tanpa usaha pendidikan. Diyakini bahwa manusia dekade sekarang tidak akan merancang masa depan dengan baik. Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu masyarakat manusia, sangat ditentukan pada berkualitas tidaknya pendidikannya. Pendidikan Islam yang memiliki corak spesifik, maka pendidikan Islam pada hakekatnya berorientasi pada nilai-nilai saences ilahiyah. Sehingga muatannya adalah menggiring anak didik untuk lebih mengenal Tuhannya.

Manusia sebagai khalifah, memang dituntut tanggung jawab moral untuk memiliki integritas pribadi sebagai ciri mukmin yang berpendidikan. Dengan integritas pribadi yang tinggi, manusia terdidik merasa terpanggil untuk berbuat lebih maksimal untuk memperbaiki taraf hidupnya serta masyarakat di sekitarnya. Hal ini sangat beralasan, karena orientasi pendidikan Islam adalah mengantarkan anak didik ke arah kehidupan yang lebih baik.[8]

Dengan demikian, maka pendidikan dapat dipahami bahwa hakikat pendidikan Islam adalah penanaman nilai-niali spritual. Sebab dengan pendidikan Islam, diharapkan lahir manusia muslim yang berpengetahuan yang antara satu dengan lainnya saling membantu. Dengan pendidikan Islam yang optimal dapat ditemukan keseimbangan dalam pribadi muslim, sehingga antara satu dengan lainnya dapat mengetahui peran masing-masing.[9]

Sejalan dengan itu, M.Arifin mengatakan bahwa hakikat pendidikan pada dasarnya adalah usaha transformasi ilmu pengetahuan dan pembinaan orang dewasa beranak didik secara sadar dan terencana, untuk mengarahkan anak didik dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak dalam lembaga pendidikan, baik pendidikan formal maupun non-formal.[10]

Pendidikan Islam pada dasarnya adalah upaya manusia yang terstruktur dan terencana, sehingga dapat membentuk pribadi muslim yang berkualitas. Sejalan dengan itu pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada aspek pengetahuan saja, tapi lebih dari itu aspek moral dan religi juga menjadi prioritas utama hal ini sejalan dengan QS al-Muj±dalah (50): 11

… يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا لعلم درجت و الله بما يعملون خبير

… Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Strata sosial seseorang sangat ditentukan oleh integritas ilmu dan moral seseorang. Dengan ilmu dan iman, seseorang dapat kehormatan di dunia dan di akhirat.


III. TUJUAN PENDIDIKAN

Tujuan pada dasarnya adalah harapan atau hasil dari suatu usaha. Demikian pula dengan pendidikan Islam, yang diharapkan setelah aktivitas belajar. Tujuan maksimal dapat diraih bila didahului oleh usaha maksimal pula.

Tujuan pendidikan Islam pada dasarnya sejalan dengan tujuan hidup pribadi muslim itu sendiri. Sementara tujuan yang paling asasi bagi seorang muslim dapat dilihat pada QS al-Anbiy±’ : 5 dan QS al-ª±riy±t : 58. Dari kedua ayat tersebut terlihat jelas tujuan hidup seorang muslim adalah untuk mengabdi kepada Allah swt sehingga seluruh aktivitasnya bermuara pada pencapaian ridha dan magfirah Allah swt.

Hasan Langgulung mengidentikan antara tujuan pendidikan Islam dengan tujuan hidup, sebab pada dasarnya pendidikan sendiri adalah menjaga kehidupan manusia. Dalam konteks Islam dengan tegas dikatakan bahwa apabila aktivitas manusia harus berhubungan dengan Allah swt. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam juga harus melihat sifat-sifat dasar manusia menurut pandangan Islam, sebab pendidikan Islam akan memberikan dampak langsung kepada manusia.[11] Dilihat dari teoritis tujuan pendidikan ditempuh secara hirarkis, misalnya tujuan intermidier (sementara atau antara) menjadi sasaran kemampuan antara yang mutlak dicapai pada jenjang pendidikan tertentu, tujuan selanjutnya adalah insidental sesuatu yang tidak direncanakan, tetapi dapat dijadikan sasaran dari proses pendidikan pada jenjang tertentu pula. Tujuan pendidikan secara teoritis bertujuan untuk memudahkan proses kependidikan melalui tahapan yang terstruktur ke arah tujuan umum atau tujuan akhir.[12]

Dalam sistim operasionalisasi kelembagaan pendidikan, tujuan pendidikan secara berjenjang dalam struktur instruksional. Sehingga tergambar klassifikasi yang makin meningkat. Tujuan pendidikan bila dilihat dari sistem instruksional dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tujuan inrtruksional khusus diarahkan pada setiap bidang studi yang mutlak dikuasai dan diamalkan oleh peserta didik;

2. Tujuan instruksional umum, diarahkan pada pengetahuan sekaligus pengamalan suatu bidang studi secara umum;

3. Tujuan kurikuler yang akan dicapai melalui Garis-garis Besar Program Pengajaran di setiap jenjang pendidikan;

4. Tujuan institusional, yujuan yang hendak dicapai menurut program pendidikan di tiap sekolah atau lembaga pendidikan tertentu secara bulat;

5. Tujuan umum atau tujuan nasional adalah cita-cita hidup yang ditetapkan melalui proses pendidikan dengan berbagai cara atau sistem, baik formal, non-formal, maupun informal.[13]

Demikian pula dengan tujuan pendidikan Islam sedapat mungkin penetapan tujuan akhir mutlak terpikirkan, sehingga dapat menghindari deviasi secara tetap pada koridor yang diinginkan. Koridor yang dimaksud adalah terciptanya pola kehidupan yang baik, melalui beberapa pencerahan jiwa, otak, penalaran, perasaan, dan indera. Pendidikan sedapat mungkin memberikan kontribusi terhadap perkembangan spritual, intelektualitas, imajinasi, jasmaniah, yang pada akhirnya berujung pada sosok manusia yang berserah diri kepada Allah.

Rumusan lain dari tujuan pendidikan dapat dilihat pada hasil keputusan seminar pendidikan Islam se Indonesia 7-11 Mei 1960 di Bogor sebagai berikut:

- Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.

- Tujuan tersebut ditetapkan atas pengertian bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.[14]

Sementara menurut Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaebani, tujuan pendidikan adalah perubahan yang diinginkan dan proses pembelajaran baik terhadap individu maupun kolektifitas dalam masyarakat serta terhadap alam sekitar, tempat manusia tersebut hidup. Sehubungan dengan rumusan pendidikan begitu luas, maka tujuan tersebut dapat dibedakan menurut tugas manusia secara filosofis sebagai berikut:

1. Tujuan individu yang terkait dengan perseorangan hubungannya dengan keselamatan dunia dan akhirat;

2. Tujuan sosial kaitannya dengan kehidupan sosial sebagai keseluruhan dan tingkah laku masyarakat umumnya serta perubahan-perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya;

3. Tujuan profesional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni, dan profesi serta kegiatan lain dalam masyarakat.[15]

Sekalipun rumusan pendidikan secara redaksional sangat bervariasi namun muaranya tetap pada terbentuknya sosok pribadi muslim yang berkualitas. Sebagai konsekuensi dari tugas kekhalifahan di dunia dengan tugas utama beriman serta tunduk dan patuh kepada Allah swt.[16] Sejalan dengan itu, Ahmad Tafsir menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan manusia yang saleh.[17]

Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan Islam sangat identik dengan tujuan hidup manusia, seperti yang tersirat dalam QS al-An’±m (6): 162. Yaitu penyerahan diri secara totalitas kepada Allah sebagai tuhan. Sehingga lewat pendidikan Islam diutamakan sosok manusia ideal menurut ajaran Islam.

IV. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hakekat pendidikan adalah proses transformasi ilmu pengetahuan serta ta’d³b yaitu penanaman nilai-nilai adab, sopan santun yang dalam bahasa agama disebut akhlak. Dari penanaman nilai-nilai tersebut akan melahirkan masyarakat muslim yang memiliki peradaban yang kokoh bersendikan ajaran Islam;

2. Sekalipun tujuan pendidikan oleh sejumlah pakar bervariasi dari sudut redaksional, namun substansi tetap satu, yaitu pendidikan Islam bertujuan melahirkan sosok muslim yang tunduk dan patuh kepada Allah swt sebagai konsekuensi dari kekhalifahannya. Lebih dari itu pendidikan Islam bertujuan melahirkan manusia yang tunduk, patuh, dan menyerahkan diri kepada Allah swt.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abd. Rahman Saleh. Educational Theory a Quranic al-Islamiyah, diterjemahkan oleh M.Arifin dan Zainuddin dengan judul “Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an”. Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Aksara, 1991.

…….. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga. (Cet.III; Jakarta: Bulan Bintang, 1997.

…….. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.

Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986.

……... Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983.

Muslihusah dan Adi Wijdan. Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial. Cet.I; Yogyakarta: PT.Aditya Medya, 1997.

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Cet.IV; Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2000.

Poerbawakatja, Soegondo. Ensiklopedia Pendidikan. Jakarta: Pustaka Gunung Agung, 1983.

Al-Syaebany, Oemar Muhammad al-Toumy. Falsafat Tarbiyyah al-Islamiyyah, diterjemahkan oleh Hasan Langgulung dengan judul “Filsafat Pendidikan Islam”. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Tadjab, dkk. Dasar-dasar Pendidikan Islam, Suatu Pengantar Pendidikan Islam. Cet.I; Surabaya: PT Akrya Aditama, 1996.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet.II; Bandung: PT Rosda Karya, 1994.



[1] QS al-‘Alaq : 1-5.

[2] H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Aksara, 1991), h. 1.

[3] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986), h. 10-11.

[4] Hasan Langgulung, Peradaban Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983), h.3.

[5] Soegondo Poerbawakatja, Ensiklopedia Pendidikan (Jakarta: Pustaka Gunung Agung, 1983), h. 357.

[6] Umar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafat Tarbiyyah al-Islamiyyah, diterjemahkan oleh Hasan Langgulung dengan judul “Filsafat Pendidikan Islam” (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 145.

[7] Muslihusah dan Adi Wijdan, Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial (Cet.I; Yogyakarta: PT.Aditya Medya, 1997), h. 221.

[8] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet.IV; Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2000), h. 292.

[9] Tadjab, dkk., Dasar-dasar Pendidikan Islam, Suatu Pengantar Pendidikan Islam (Cet.I; Surabaya: PT Akrya Aditama, 1996), h. 6.

[10] M.Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga (Cet.III; Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 12.

[11] Hasan Langgulung, Manusia, op.cit., h. 33.

[12] M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 39.

[13] Ibid.

[14] ibid., h. 41.

[15] Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaebany, op.cit., h. 199.

[16] Abd. Rahman Saleh Abdullah, Educational Theory a Quranic al-Islamiyah, diterjemahkan oleh M.Arifin dan Zainuddin dengan judul “Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an” (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 18.

[17] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Cet.II; Bandung: PT Rosda Karya, 1994), h. 47.